Ruang – Dunia Paralel – Sepasang Kekasih di Kampung Ikan

Alhamdulillah

Tentang dunia paralel yang akhirnya bersinggungan melalui pertemuan…

 

Di seberang sungai yang terhubung gertak (Bahasa Melayu, baca: jembatan), sebuah rumah berdiri kokoh di antara barisan-barisan pohon sebagai latar  dan ayam-ayam yang berkeliaran di pekarangan.

20191109_165901.jpg

Sepasang kekasih yang juga tampak kokoh bersama seorang buah hati berdiam di dalamnya, menyusun kisah-kisah di dalam bahtera rumah tangga pada usia yang tak lagi muda.

 

Udara itu tak lagi membisu. Kini ia bergetar, keluar dari mulut menjadi kumpulan kata menjelma menjadi kisah…

 

Suara yang terbentuk dari udara menghasilkan intonasi dan artikulasi yang dapat dipahami sebagai sarana komunikasi antar manusia. Dengan sentuhan spiritual, intelegensi, dan emosional maka kata-kata dirajut menjadi kalimat dan mengalir menjadi kisah dengan nuansa pengetahuan dan pengalaman. Ditambah mimik, bahasa tubuh dan perasaan yang timbul di antara ruh-ruh yang bersemayam di dalam setiap manusia memunculkan ekspresi. Semua ini adalah anugerah dari Allah dan atas Kehendak Allah yang harus kita syukuri. Bertakwalah kepada Allah!

Di dalam rumah tersebut kami berteduh dan Alhamdulillah saya mendapatkan banyak pengalaman dari kesederhanaan dan suara hati yang diikuti ucapan, kadang-kadang diselingi hening-hening.

Sunyi dan debu berlomba-lomba menghiasi sudut-sudut rumah setelah keramaian, sehingga kami memutuskan untuk memulai obrolan.

Berawal dari obrolan ringan hingga kami tenggelam dalam kata-kata yang menyimpan banyak pelajaran hidup. Kedua pasangan suami-istri ini memiliki 4 orang anak, namun ketiga anak sudah memiliki keluarga masing-masing, tinggal 1 orang anak yang tinggal bersama mereka dan masih menempuh pendidikan formal di sekolah. Sang Bapak kini sudah tidak bekerja lagi sehingga untuk kebutuhan sehari-hari, yaitu makan, bergantung dari anak-anaknya yang mana kebanyakan mereka sudah tidak tinggal se-atap. Lantaran Bapak mengidap suatu penyakit tumor sehingga terbatas untuk dapat bekerja. Semoga Allah membersihkan beliau dari dosa-dosa. Sang Ibu juga sedang mengidap suatu penyakit ginjal sehingga beliau juga terbatas dalam melakukan pekerjaan. Dalam 2 bulan terakhir beliau pergi ke rumah sakit secara rutin untuk cuci darah. Semoga Allah membersihkan beliau dari dosa-dosa. Dalam sorot mata dan rajutan kata tampak mereka sedang menjalani hidup yang cukup sulit secara duniawi. Namun mereka masih berusaha dan memiliki harapan untuk menjalani hidup semampu mereka. Mereka juga masih berupaya untuk  membesarkan Si Bungsu. Atas Kuasa Allah, mereka, hingga detik itu, masih mampu untuk menjalaninya, Alhamdulillah. Semoga Allah memberikan mereka kesabaran. Dan Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya. Dibalik itu semua mereka masih menjalani hidup dengan baik, berhubungan baik dengan tetangga dan menjadikan tempatnya, sebelum kami mengobrol, sebagai tempat kegiatan sosial sehingga banyak warga yang berkumpul. Alhamdulillah kami juga disambut dengan hangat oleh mereka dan warga sekitar.

Melalui pertemuan tersebut, saya menyadari bahwa meskipun dalam 1 ruang, setiap orang memiliki kisahnya masing-masing. Ini merupakan anugerah dari Allah. Hendaknya kita selalu bersyukur atas segala nikmat Allah yang tak akan mampu kita hitung. Alhamdulillah. Banyak orang yang telah dilimpahkan nikmat oleh Allah namun jarang yang memiliki sifat mulia, yaitu qana’ah.

Disebutkan hadits dari riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu yaitu,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ »

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.

(HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051, Tirmidzi no. 2373, Ibnu Majah no. 4137).

Di akhir tulisan ini saya menyampaikan bahwa segala kebenaran datang dari Allah, maka pujilah Allah. Dan kesalahan datang dari diri saya sendiri sehingga mohon dimaklumi dan dimaafkan. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga dari kisah ini, atas izin Allah, teman2 pejalan dapat memetik hikmah dan bertakwa kepada Allah.

Ingatlah bahwa dunia ini fana, bersiaplah untuk dunia yang abadi karena Allah!

Wallahua’lam bisshowab

Alhamdulillah. Terinspirasi dari perjalanan singkat di Sungai Kakap

 

Leave a comment