Kala Senja – Lanskap Sungai Sambas

Assalamu’alaikum

Alhamdulillah. Washolatu wassalam ‘ala muhammad , wa ‘ala alihi washohbihi wa man tabi’ahum bi ihsani ila yaumiddin.

20191012_172354.jpg

Alhamdulillah pada waktu ini kita masih dilimpahkan oleh Allah nikmat-nikmat yang tak mampu kita hitung, udara yang kita hirup, nikmat penglihatan, akal yang diamanahkan, nikmat tenaga, nikmat sehat, nikmat kelapangan hati, nikmat waktu luang dan nikmat-nikmat lainnya yang tak akan mampu dituliskan meskipun seluruh lautan menjadi tintanya yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada kita. Sudahkah kita bersyukur? Allah telah menjadikan sebuah kalimat sederhana nan mulia, yaitu “Alhamdulillah” sebagai satu di antara bentuk rasa syukur kita kepada Allah dan penghambaan kita kepada Allah, karena kita tidak akan mampu menyebut seluruh nikmat yang sangat luas dari Allah. Bertakwalah kepada Allah! Di dalam QS. Ali-Imran ayat 102, Allah berfirman:

(أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

 

 

“… Dersik siliran melebur bersama udara dan getaran dari suara mesin klotok. Di waktu maghrib, kendaraan kami menepi, bergegas memenuhi panggilan-Nya….”

 

 

Alhamdulillah. Beberapa waktu lalu, atas izin Allah, saya melakukan perjalanan ke suatu  daerah di Kalimantan Barat yang masih sedikit tersentuh oleh pembangunan, sebuah kabupaten di perbatasan negara, yaitu Kabupaten Sambas.

Alhamdulillah, ini adalah kali ke-dua saya menginjakkan kaki di tanah penenun. Insya Allah pada tulisan ini saya akan berbagi sebagian kecil pengalaman yang merupakan satu di antara banyak nikmat Allah, semoga teman2 pejalan dapat memetik hikmah. Dan semoga kita senantiasa diberikan taufik dan hidayah oleh Allah.

Kala itu senja menampakkan rona membara di langit yang diselingi awan-awan bersama angin yang begitu tenang. Kaki terpaku di dasar perahu klotok, membawa kami menyusuri sungai yang membentang, sedangkan mata terpaku ke langit menikmati anugerah yang Allah berikan. Wajah bermandikan cahaya kemerahan yang perlahan menjadi biru dan menghitam, angin sepoi-sepoi menyapu lembut wajah yang kian usang setelah aktivitas seharian. Siapa yang tidak dapat mensyukuri nya karena Allah, maka ia merugi. Allah Ta’ala berfirman,

(أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ)

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ(  إبراهيم

Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).

Pohon-pohon dan sawah di pinggir sungai menyejukan penglihatan mata dan luasnya sungai dan langit yang terpisah oleh horizon memantulkan cahaya matahari yang mulai terbenam, atas Kuasa Allah. Dibalik pelupuk mata ini, ia menerima stimulus cahaya dari pantulan bayangan bukit yang diliputi hijau yang masih asri. Masya Allah.

Dersik siliran melebur bersama udara dan getaran dari suara mesin klotok. Di waktu maghrib, kendaraan kami menepi, bergegas memenuhi panggilan-Nya.

Alhamdulillah. Di tanah ini, kami bertemu orang-orang yang sangat ramah. Sebagian besar adalah suku Melayu dengan bahasa sehari-hari adalah Melayu Sambas dengan ciri khas cengkok yang berbeda pada setiap daerah di Kabupaten tersebut. Warga Sambas cukup beragam, ada yang bekerja dengan berladang, berkebun, berdagang, sebagai nelayan, pegawai dan lain-lain. Di tempat yang saya singgahi ini, kebanyakan warga berkebun dan hasil kebun yang cukup terkenal hingga masuk ke pasar nasional adalah jeruk. Di sepanjang jalan, seringkali kita dapat temui kebun-kebun jeruk ataupun pohon jeruk di pekarangan rumah warga. Alhamdulillah, Allah menganugerahi tanah yang subur. Semoga kita senantiasa bersyukur kepada Allah.

Alhamdulillah, keesokan pagi setelah menyusuri sungai Sambas, kami diberikan kesempatan untuk berbincang dengan Bupati Kabupaten Sambas sembari menyantap sarapan pagi, beliau mengatakan bahwa Kabupaten Sambas direncanakan untuk ditata dengan mempertahankan ciri tradisional dengan keasrian alamnya. Pernyataan beliau ini, yang saya lihat, sesuai dengan keadaan Kabupaten Sambas sekarang. Kondisi ini sangat berbeda dari kota-kota besar yang hampir setiap hari dipenuhi oleh asap-asap kendaraan dan segala hiruk pikuk lainnya. Semoga Allah memudahkan niat baik beliau dan membalasnya dengan kebaikan. Dan semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada semuanya. Semoga kita senantiasa bersyukur kepada Allah.

Begitu lah sedikit yang dapat saya deskripsikan tentang keadaan ketika berada di Kabupaten Sambas dan menyusuri sungai Sambas.

Di akhir tulisan ini, saya kembali berpesan, khususnya untuk diri saya sendiri dan secara umum untuk teman2 pejalan, bahwa dunia ini adalah fana, maka berbekal lah dan bersiaplah untuk hari esok di alam yang kekal. Perbanyaklah bersyukur kepada Allah dan perbanyaklah taubat kepada Allah.

Sebuah riwayat yang saya kutip dari artikel di Rumaysho,

Imam As Syafii berkata, “Segala puji hanya milik Allah yang satu saja dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali dengan menggunakan nikmat baru dari-Nya. Dengan demikian nikmat baru tersebutpun harus disyukuri kembali, dan demikianlah seterusnya.”  (Ar Risalah oleh Imam As Syafii 2)

Atas kekurangan dan kesalahan adalah datang dari diri saya, mohon untuk dimaafkan. Dan segala kesempurnaan dan kebenaran hanya datang dari Allah, maka pujilah Allah.

Wallahua’lam bisshowab.

Leave a comment